Cross Ethorpy merupakan salah
satu metode metahuristik untuk mendapatkan pendekatan penyelesaian permasalahan
dalam penjadwalan job shop tanda
waktu tunggu (no wait job shop scheduling
- NWJSS). Metode ini sudah diaplikasikan pada permasalahan optimasi
kombinatorial, optimasi multi eksternal, serta rare event simulation, dengan
hasil penyelesaian yang cukup optimal dengan waktu yang relative singkat. Pada
permasalahan penjadwalan job shop NWJSS
mesin ini mengimplementasikan metode cross
entropy yang dihibridasi dengan algoritma genetika (cross entropy – genetic algorithm (CEGA)), selain itu membandingkan
kelebihan dan kekurangan antara metode CEGA
dengan metode lain pada permasalahan yang sama. Permasalahan NJWSS merupakan
permasalahan yang tergolong non-polynomial hard (NP-Hard), terutama pada
permasalahan banyak mesin (m-machine NWJSS).
Pada permasalahan job shop secara
umum urutan pengerjaan operasi pada masing-masing job tidak sama, sehingga
ketidaktepatan penjadwalan dapat mengakibatkan bertambahnya waktu penyelesaian
keseluruhan job (makespan). Selain
itu batasan no-wait (tanpa waktu
tunggu) – misalnya pada beberapa perusahaan pengecoran logam, plastic, dan
makanan – membuat permasalahan menjadi rumit, dimana ketidaktepatan penjadwalan
dapat mengakibatkan mundurnya makespan
yang lebih signifikan. Hal ini karena keberlangsungan operasi kerja dalam satu job harus dijaga untuk menghindari
pengerjaan ulang operasi (operation
rework) maupun pengerjaan ulang job
kembali dari operasi permulaan (job redo).
Beberapa penelitian untuk
mendapatkan penyelesaian NWJSS
tersebut telah dilakukan, misalnya dengan Genetic-Algorithm-Simulated
Annealing (Schuster, 2003) dan Tabu
Search Hibrida (Bożejko,
2009). Beberapa dari metode tersebut mendapatkan hasil makespan yang kurang optimal, namun ada pula yang mendapatkan hasil
makespan yang optimal namun dengan
waktu komputasi yang relatif lama. Penggunaan pendekatan cross
entropy-genetic algorithm untuk mengembangkan algoritma dalam
menyelesaikan permasalahan NWJSS
diharapkan menjadi alternatif untuk menghasilkan jadwal dengan makespan yang optimal. Kaidah cross
entropy digunakan sebagai kaidah
dasar dalam algoritma, sedangkan kaidah algoritma genetika hanya terbatas
penggunaannya pada proses pembangkitan sampel. Metode cross
entropy sendiri diilhami oleh sebuah
konsep pada teori informasi modern, yakni konsep jarak Kullback-Leibler atau
yang dikenal juga dengan nama yang sama: konsep jarak cross entropy (Rubinstein, 2004). Konsep ini dikembangkan oleh Solomon
Kullback dan Richard Leibler, untuk mengukur perbedaan selisih jarak antara sebuah
distribusi referensi ideal p
dengan distribusi teraplikasi q. Sedangkan metode algoritma genetika
sendiri diilhamii dari proses evolusi
biologis yang terjadi di alam, yang meliputi unsur-unsur pewarisan gen, seleksi
alam, pindah silang atau rekombinasi, dan mutasi.
Pengujian dari algoritma CEGA
dibagi untuk kasus-kasus yang berbeda. Kasus-kasus tersebut seperti kasus
ukuran kecil dan kasus ukuran besar. Pada hasil pengujian algoritma kasus kecil
performansi dari CEGA relative baik, sedangkan pada kasus berukuran besar cenderung
menurun. Dapat dilihat pada tabel berikut.
Jika dibandingkan dengan
algoritma yang lain seperti Genetic-Simulated
Annealing (GASA) dan Hybird Tabu
Search (HTS) performasi CEGA berdasarkan makespan terbaik terdapat pada CEGA, dibandingkan dengan GASA.
Sedangkan dibandingkan dengan HTS, CEGA relative sama dengan HTS. Dapat dilihat pada tabel berikut.
url: scholar.google.com berjudul Pendekatan Cross Entropy-Genetic Algorithm Untuk Permasalahan Pernjadwalan
Job-Shop Tanpa Waktu Tunggu Pada Banyak Mesin